Para ulama telah berijmak bahwa boleh memberi daging udhiyah (Qurban) kepada orang islam, namun mereka berbeda pendapat hukum memberi daging udhiyah kepada orang kafir.
Menurut imam Malik dan Imam al-Laits makruh memberikan
kulit dan daging hewan udhiyah kepada orang nasrani. Imam Malik mengatakan:
غيرهم أحب إلينا
“di berikan kepada selain mereka (orang kafir) kami jauh
lebih senang.” (lht. An-Nawawi, al-Majmu’ syarhu al-Muhadzdzab, vol.8,
hlm.425)
Sedangkan dalam mazhab syafii terdapat dua pendapat
Pendapat pertama tidak boleh secara mutlaq baik qurban
wajib atau qurban sunnah. Ini merupakan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami. Beliau
mengatakan:
لا
يجوز لكافر الأكل منها مطلقا
“Tidak boleh bagi orang kafir memakan dari daging udhiyah
secara mutlak (baik udhiyah wajib atau sunnah).” (Abul Abbas Ahmad bin
Muhammad, Tuhfatul muhtaj Bisyarhil Minhaj, vol.3, hlm.378)
Sedangkan imam Nawawi boleh jika qurban sunnah bukan
qurban wajib. Beliau mengatakan:
ومقتضى المذهب أنه يجوز إطعامهم من ضحية التطوع دون الواجبة
“Menurut mazhab (syafii) bahwa boleh memberi makan mereka
orang kafir dari daging udhiyah sunnah bukan udhiyah yang wajib.” (lht.
An-Nawawi, al-Majmu’ syarhu al-Muhadzdzab, vol.8, hlm.425)
Menurut Abu Hanifah, Al-Hasan al-Basri dan Abu Tsaur
boleh secara mutlaq, sebagaimana Ibnu Mundzir mengatakan:
أجمعت الأمة على جواز إطعام فقراء المسلمين من الأضحية . واختلفوا في
إطعام فقراء أهل الذمة فرخص فيه
الحسن البصري وأبو حنيفة وأبو ثور
“Umat islam telah berijmak atas kebolehan memberi makan
orang fakir umat islam dari daging udhiyah dan mereka berbeda pendapat
hukum memberi makan orang miskin ahlu dzimmah dengan daging udhiyah,
Hasan al Bashri, Abu Hanifah dan Abu Tsaur memberi rukhshoh (memboehkannya). (ibid)
Menurut imam Ibnu Qudamah dari kalangan hanabilah
merojihkan pendapat yang membolehan. Beliau mengatakan:
ويجوز أن يطعم منها كافراً ، وبهذا قال الحسن وأبو ثور وأصحاب الرأي … لأنه طعام
له أكله ، فجاز إطعامه للذمي كسائر الأطعمة ، ولأنه صدقة تطوع
“Boleh memberikan makan dari daging udhiyah kepada orang
kafir dan ini merupakan pendapat al-hasan, abu tsaur dan ahlu ro’yi karena ia
merupakan makanan yang boleh ia makan, maka boleh jga di berikan kepada kafir
dzimmi sebagaimana makanan yang lainnya. Karena hal itu merupakan sedekah
sunnah.” (Abdullah bin Ahmad bin Qudamah, Al-Mughni, vol.11, hlm.109)
Kesimpulan:
Pendapat yang rojih adalah pendapat yang membolehkan
memberi daging udhiyah kepada orang kafir yang bukan harbi (kafir yang boleh di
perangi). Karena pada dasarnya kita boleh berbuat baik dan adil kepada mereka
dan salah satu bentuk berbuat baik kepada mereka adalah memberi daging udhiyah
kepada mereka. Berdasarkan firman Allah:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي
الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا
إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula
mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil. (QS.Al-Mumtahanah:8). Wallahu a’lam. (Muhammad Ma’shum)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar